Su'udzon Merusak Takdir

Redaksi New Jurnalis
0

Ilustrasi Pikiran Manusia - New Jurnalis


LIHM - Penyesalan selalu datang belakangan. Pastinya begitu. Tidak mungkin datang di depan. Kenapa terjadi penyesalan? Karena tidak tahu ilmu kehidupan, atau tidak mau disiplin dalam melakukannya.


Berikut ini ada sebuah kisah yang sang dahsyat sekali. Kisah ini saya dapatkan saat pelatihan ESQ. Kisah ini sangat memilukan. Saya ceritakan dengan kemampuan ingatan saya yang terbatas, tapi kira- kira beginilah ceritanya:


Ada seorang anak, katakanlah bernama Otya (bukan nama sebenarnya). Umurnya dua tahun. Ngomongnya masih cadel. Kedua orangtuanya sibuk bekerja dari pagi sampai sore, hingga akhirnya mereka berhasil membeli sebuah mobil.


Pada suatu hari, ketika ayah dan ibunya bekerja, Otya melihat ada sebuah papan tulis yang indah bernama mobil, lalu dia ambil sebuah paku yang dia anggap sebagai pulpen, dia mulai mencoret- coret mobil ayahnya, Sreeeet dia suka sekali. Srat sret srat sret... Sampai habis semua permukaan mobil dicoret olehnya.


Otya menunggu ayahnya sampai sore. Ketika menjelang Magrib ayahnya pulang, dia langsung berseru gembira, "Ayaaahhh... lihat gambarnya Otya," sambil menunjukkan goresan-goresan paku di mobil tersebut. Sang ayah sangat terkejut dan tiba-tiba marah luar


Biasa dia langsung mengambil penggaris besi, kemudian memukul tangan Otya, sambil berteriak marah, "Dasar anak yang durhaka, dasar anak enggak tahu diri, dasar anak nakal, gak tahu susahnya cari uang" Dia terus memukul, sehingga tangan Otya berdarah. Baru berhenti.


Mungkin sang ayah ada masalah di perusahaannya, mungkin sang ayah sedang menghadapi hari yang berat, akhirnya dia melakukan itu terhadap anaknya sebagai pelampiasan. Sehari, dua hari, tiga hari tidak terjadi apa-apa, walaupun Otya mulai agak demam. Sang ayah memberikan obat demam kepada anaknya. Pada hari keempat, ayah dan ibunya harus pergi ke luar kota karena tugas kantornya selama beberapa hari. Pasangan tersebut menitipkan obat-obatan kepada pembantunya untuk diberikan kepada Otya.


Ketika suami istri itu pulang ke rumah, selesai tugas kantor, ternyata tangan Otya sudah biru sampai ke atas. Dia langsung dibawa ke rumah sakit. Ternyata di rumah sakit dia hanya disodori selembar kertas persetujuan amputasi buat tangan anaknya. Sebab kalau tidak, maka penyakit tersebut akan menjalar ke seluruh tubuhnya. Dengan tangan bergetar, sang ayah menandatangani surat itu, sementara sang istri berteriak-teriak, menangis histeris, sambil memukul-mukul pundak suaminya.


Keesokan harinya, setelah proses amputasi selesai, sang ayah datang dan melihat kondisi anaknya. Otya dengan lugunya berkata, "Ayah, Otya minta maaf. Sungguh Otya janji enggak akan pernah coret-coret mobil ayah lagi, tapi tolong kembalikan tangan Otya." Sang Ayah dan Ibu hanya bisa menangis. Penyesalan datang di akhir. Tapi nasib sudah tidak bisa lagi ditarik ke belakang. Nasi sudah menjadi bubur.


Otya memiliki takdir yang indah. Memiliki tangan, memiliki kaki dan memiliki kreativitas yang sangat baik. Tapi apa yang terjadi pada takdir yang indah itu? Kemarahan ayahnya, suudzon ayahnyalah yang merusak takdir yang indah itu. Pikiran tidak positif, berbuah pisau amputasi.


Ketika kita membaca kisah Otya, sebenarnya ini bukan kisah siapa-siapa. Ini adalah kisah kita. Takdir hidup kita yang indah,


yang kaya, yang berjaya, yang mudah, yang senang, yang bahagia ke mana itu semua? Masih adakah? Atau sebagian sudah tidak ada? Seperti apa bentuk takdir kita yang sekarang?


Bukannya Allah yang tidak memberikan kesempurnaan malahan, takdir kita adalah takdir yang sempurna. Tapi kitalah yang telah mengamputasinya dengan pikiran-pikiran kita yang tidak positif. Satu pikiran tidak positif seperti korek api kecil yang tiba-tiba bisa menghancurkan hutan berhektare - hektare. Satu pikiran tidak positif adalah berpisau-pisau amputasi untuk takdir kita yang yang indah.


Kabar baiknya, nasib yang indah itu bisa kita kembalikan kepada bentuknya yang asli, yang indah, yang berjaya, yang kaya raya, yang mudah, yang senang, yang bahagia Ya, kabar baiknya, semua masih bisa kita ulang kembali. Masih ada waktu, untuk memutar kembali kesempurnaan hidup kita. Kembali seperti Ziyya, bayi yang rezekinya datang dengan dipaksa.


Yuuuk kita susun kembali sejak hari ini... Kita berjanji, hari ini kita hanya berpikir positif... Untuk takdir kehidupan yang kembali sempurna... Bismillah...


Tags

Post a Comment

0Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*