Bukan Sekadar Jurnalis, Inilah Cara Cak Lubis Memadukan Hipnoterapi dalam Membangun Media


Di sebuah ruangan yang tenang, aroma kopi samar beradu dengan udara yang sejuk. Di depan layar monitor, jemari seorang pria menari lincah menyusun narasi berita. Namun, jika Anda melihat lebih dekat ke arah matanya, ada ketenangan yang berbeda—bukan sekadar ketenangan editor yang dikejar tenggat waktu, melainkan ketenangan seorang praktisi jiwa yang memahami cara kerja pikiran manusia.


Pria itu adalah H. Ahmat Zulfikarnain Lubis, CHt., CI, atau yang lebih dikenal di jagat literasi digital sebagai Cak Lubis Prapanca.


Saat ini, dunia media sedang sakit. Informasi bertebaran bak polusi, seringkali tajam namun melukai, cepat namun dangkal. Di tengah kekacauan informasi inilah, Cak Lubis hadir membawa "obat" yang unik: sebuah perpaduan antara etika jurnalistik yang kaku dengan kelembutan teknik hipnoterapi.


Titik Balik: Saat Pena Bertemu Pikiran Bawah Sadar


Perjalanan Cak Lubis membangun www.newjurnalis.com dan www.md8.or.id di bawah payung PT Media Jurnalis Makmur bukanlah cerita sukses semalam. Ada sebuah filosofi mendalam yang ia tanamkan. Bagi banyak orang, jurnalisme adalah soal apa yang terjadi. Namun bagi Cak Lubis, jurnalisme adalah soal bagaimana informasi itu memengaruhi mental pembacanya.


Banyak yang bertanya, "Apa hubungannya gelar Certified Hypnotherapist (CHt) dengan memimpin redaksi?"


Jawabannya terletak pada cara beliau mengelola sumber daya manusia. Dalam sebuah diskusi santai, ia pernah menyiratkan bahwa memimpin sebuah tim media sama seperti memandu seseorang masuk ke gerbang pikiran bawah sadar. Dibutuhkan kepercayaan (rapport), kejujuran, dan arahan yang presisi.


Ketika jurnalis lain merasa stres karena tekanan berita, Cak Lubis justru menggunakan pendekatan motivasi soft skill untuk menjaga kesehatan mental timnya. Ia tidak hanya memerintah; ia memprogram ulang mentalitas timnya agar bekerja dengan hati, bukan sekadar menggugurkan kewajiban.


Jurnalisme yang Menyembuhkan, Bukan Memprovokasi


Dalam dunia hipnoterapi, kata-kata adalah mantra. Satu kata yang salah bisa memberikan sugesti negatif. Cak Lubis membawa prinsip ini ke dalam ruang redaksi. Melalui portal NewJurnalis, ia menekankan pentingnya diksi yang mencerahkan.


"Media harus menjadi terapi bagi masyarakat, bukan sumber kecemasan baru," ungkap profilnya yang tersirat dalam visi perusahaan.


Inilah sudut pandang unik yang jarang dimiliki pimpinan media lain. Di tangan Cak Lubis, pemberitaan tidak kehilangan tajinya, tetap kritis, namun disampaikan dengan struktur yang mampu diterima oleh logika sekaligus menyentuh sisi psikologis pembaca. Inilah yang ia sebut sebagai jurnalisme yang memberdayakan.


Mengelola Media dengan "Trance" Kepemimpinan


Bagi mereka yang pernah bekerja bersamanya, kepemimpinan Cak Lubis sering dianggap memiliki daya magis. Bukan karena hal klenik, melainkan karena kemampuannya sebagai Certified Instructor (CI) dalam memberikan motivasi.


Ia memahami bahwa setiap jurnalis adalah manusia yang memiliki hambatan mental (mental block). Ada kalanya seorang penulis kehilangan inspirasi atau merasa jenuh. Di sinilah peran ganda Cak Lubis muncul. Ia bukan hanya Pimpinan Umum yang menuntut laporan, tapi juga seorang konsultan psikologis yang mampu membedah hambatan pikiran tersebut dan mengubahnya menjadi energi kreatif.


Strategi ini terbukti efektif. www.newjurnalis.com bukan hanya sekadar situs berita yang numpang lewat, melainkan tumbuh menjadi institusi yang memiliki karakter kuat karena dibangun di atas fondasi SDM yang mentalnya sudah "terinstal" dengan visi kemajuan.


Membedah Struktur Redaksi: Lebih dari Sekadar Organigram


Jika Anda mengunjungi laman Redaksi NewJurnalis, Anda akan melihat struktur yang solid. Namun, di balik nama-nama tersebut, ada sentuhan "tangan dingin" seorang motivator. Cak Lubis percaya bahwa manajemen media di era digital tidak bisa lagi dilakukan dengan cara-cara konvensional yang otoriter.


Ia menerapkan sistem yang ia sebut sebagai Psychological Leadership. Di mana setiap anggota tim diberikan ruang untuk bertumbuh secara personal. Baginya, jika jurnalisnya bahagia dan sehat secara mental, maka berita yang dihasilkan pun akan memiliki energi positif bagi pembaca.


Ini adalah revolusi sunyi dalam industri pers Indonesia. Di saat media lain terjebak dalam perang clickbait yang meresahkan, Cak Lubis tetap konsisten pada jalur jurnalisme yang sehat dan bermartabat.


Harapan di Ujung Pena


Cak Lubis Prapanca telah membuktikan bahwa menjadi seorang jurnalis tidak menghalangi seseorang untuk menjadi penyembuh bagi sesama. Melalui hipnoterapi dan konsultan psikologi, ia menyembuhkan individu; melalui medianya, ia mencoba menyembuhkan nalar publik.


Kisah beliau adalah pengingat bagi kita semua bahwa di bidang apa pun kita bekerja, sentuhan kemanusiaan dan pemahaman terhadap jiwa adalah kunci utama. Cak Lubis bukan sekadar nama di kotak redaksi; ia adalah sebuah fenomena di mana literasi bertemu dengan psikologi, menciptakan sebuah harmoni yang langka di era modern.


Kini, setiap kali kita membaca berita di NewJurnalis atau MD8, kita tahu ada pikiran yang jernih dan hati yang tenang yang mengawal setiap hurufnya. Sebuah karya dari sang maestro literasi yang memahami bahwa kata-kata adalah jendela dunia, dan pikiran adalah kunci untuk membukanya.


0 Comments

Post a Comment